Status: Warrior Member
Foto:
Sedang: [off]
ID: 43713
Pelanggaran: Tidak Ada
Nama: haidir
Jenis kelamin: Laki-laki
Kota: Banjarbaru
Kelahiran: 20 Agustus 1995 (28 tahun)
Website: Beribadah Hanya Kepada Allah. Menuntut Ilmu Agama Islam. Slice of life. Anime. Ganers
Topik di forum: 0
Posting di forum: 2432
Posting di buku tamu : 0
Komen News: 8
Komen Update Anime: 915
Komen Update Manga: 3
Poin: 7888
Cendol: 600
Register: 7 Jul 2013 01:51
Terakhir berkunjung: 11 Jan 2019 13:08
613 visitor message
Fitriani [off] (25 Apr 2015 21:03) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
“Gue anggep sebagai pujian deh,” katanya sambil bangkit dan menepuk-nepuk jeans-nya yang kotor. Ia lalu mengulurkan tangan kepada Nino. “Ayo pulang.” Nino menatap tangan itu sebentar, kemudian meraihnya, bermaksud untuk berdiri dengan menumpukan berat badannya pada Yasmine. Yasmine yang tidak siap malah tertarik kearah Nino dan tanpa sengaja memeluknya. Saking dekatnya, Yasmine sampai yakin ia mendengar detak jantung Nino. “Lo harus makan dulu,” bisik Nino membuat Yasmine tersadar dari khayalannya. Yasmine langsung mundur beberapa langkah sambil menyelipkan rambut ke belakang telinga, salah tingkah. Telinganya terasa panas saat Nino berbisik tadi. |
|
Fitriani [off] (25 Apr 2015 21:02) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
“Lo bisa bilang gue cewek aneh,” kata Yasmine, jantungnya mendadak berdegup kencang. “Tapi… gue punya kecenderungan tertarik sama cowok brengsek.” Nino terdiam untuk beberapa saat. Ia menatap anak perempuan di depannya itu tanpa berkedip sementara Yasmine membalasnya berani. Yasmine tidak tahu kalau Nino sekarang mati-matian berusaha menahan segala keinginan untuk menerkamnya. Tahu-tahu terdengar suara ganjil memecah keheningan. Yasmine buru-buru memegang perut sambil menatap Nino malu-malu. Nino bengong sesaat, sejurus kemudian tawanya menyembur dan tak bisa dihentikan untuk beberapa menit. Yasmine sendiri menatapnya sambil cemberut. “Ehem… sori,” kata Nino setelah puas tertawa. Ia menatap Yasmine, masih dengan sisa-sisa senyum di bibir. “Lo bener-bener deh… Polos.” Yasmine terdiam sebentar, lalu mengedikkan bahu. |
|
Fitriani [off] (25 Apr 2015 21:02) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
“Ketua OSIS lo itu,” kata Nino, rahangnya mengeras. “Ketua OSIS lo yang belagak pemenang nobel perdamaian itu.” Yasmine menatap Nino tak percaya. “Ferris?” “Dia yang bikin gue kayak begini,” kata Nino lagi. “Dan seakan belum cukup mengkhianati gue di SMP, dia pindah kemari dari SMA unggulannya, jadi bintang pemegang ranking pertama, pemenang lomba, ketua OSIS, idola cewek-cewek… Dia belum cukup liat gue hancur! Dia masih mau ngejek gue!” Yasmine menatap Nino tak percaya. Ia tidak pernah berpikir Ferris bisa melakukan hal-hal seperti itu. Nino menatap Yasmine sinis. “Apa? Gue ngehancurin image pangeran pujaan lo?” Gue… Cuma… Dia bukan pengeran pujaan gue,” Yasmine tergagap, membuat Nino terkekeh. “Ganteng, kaya, pinter… dia bukan pangeran pujaan lo? Gue percaya,” komentarnya, masih belum kehilangan nada sinisnya. |
|
Fitriani [off] (25 Apr 2015 21:01) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
“Hah? Kenapa harus gitu? Lo anak napi bukan berarti lo juga napi, kan?” Nino terdiam untuk beberapa saat, lalu mulai tertawa hampa dan kembali menyandarkan tubuh ke tembok. Ia menatap Yasmine nanar. “Kenapa lo nggak pindah ke sini tiga tahun lalu?” gumamnya, membuat Yasmine mengerutkan kening. Ia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Nino. Nino meneka wajah, berusaha ntuk menghilangkan amrahnya. Anak perempuan di depannya itu sudah membuatnya hampir gila. “No, ini yang bikin lo jadi kayak sekarang?” tanya Yasmine hati-hati. “Gara-gara ini lo jadi pemarah kayak gini.” “Menurut lo?” Nino balas bertanya. “Dan lo tau siapa yang paling bertanggung jawab?” Yasmine menggeleng pelan. |
|
Fitriani [off] (25 Apr 2015 21:00) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
“Karena apa?” “Narkoba,” jawab Nino walaupun masih bingung. Yasmine mengangguk-angguk simpati. “Terus, nyokap lo?” tanya Yasmine santai, seolah Nino sedang bercerita tentang silsilah keluarganya. “Kabur,” sambar Nino tak sabar. “Lo nggak mau ngomong apa-apa soal bokap gue?” “Ngomong apa?” Yasmine balas bertanya, bingung. “Nggak tau. Hal yang biasanya orang omongin sama anak napi, kayak misalnya, anak napi itu udah pasti mewarisi kejahatan orangtuanya?” kata Nino membuat Yasmine tambah bingung. “Kenapa gue harus ngomong kayak gitu?” “Karen ague anak napi!” sahut Nino emosi. “Lo normalnya nggak mau deket-deket sama anak napi, kan?” “Hah? Kenapa harus gitu? Lo anak napi bukan berarti lo juga napi, kan?” |
|
Fitriani [off] (25 Apr 2015 21:00) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
Nino manatapnya kesal sesaat, lalu berdecak. “Jangan ngomong pake bahasa inggris di depan gue,” katanya sambil membuang pandangan. Yasmine nyengir sendiri melihat tingkah Nino. “Oke,” kata Yasmine manis membuat Nino meliriknya. Nino memperhatikan Yasmine sebentar. Tiba-tiba ia ingin mencoba sesuatu. “Lo tau tentang bokap gue?” tanya Nino membuat Yasminemenggeleng. “Bokap gue napi.” Yasmine menatap Nino sesaat. “Lo ngertikan arti kata napi?” tanya Nno lagi, heran dengan reaksi anak perempuan di depannya ini. “Narapidana, kan?” kate Yasmine. “Karena |
|
Fitriani [off] (25 Apr 2015 20:58) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
Nino mendengus, lalu menyandarkan punggung ke tembok. “Apa yang di bilang sama lo?” “Dia nggak bilang apa pun,” jawab Yasmine cepat. “Oh ya? Gue piker dia udah curhat segala macem sama lo,” kata NINO, MEMBUAT Yasmine mengangkat alis. Nino menatapnya lagi. “Dia bilang kami pernah satu SMP?” “Kalian temen SMP?” ulang Yasmine tak percaya. “Bukan temen. Pernah satu SMP,” tukas Nino, terdengar kesal. Yasmine mengengguk-angguk pelan. “Yah, intinya, dia itu pengkhianat.” Yasmine menatap Nino yang tampak memijat dahi. “Kalian dulu berteman, kan? Tapi sekarang nggak lagi?” tanya Yasmine membuat Nino mendelik. “Kenapa?” |
|
Fitriani [off] (25 Apr 2015 20:58) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
“Tapi kalo di piker-pikir, mungkin ada,” Nino menatap Yasmine yang tampak ingin tahu. “Ketua OSIS kesayangan lo itu.” “Ferris?” tanya Yasmine. Tapi ia sendiri tidak pernah mempertanyakan Ferris. “Kalian cocok banget kalo gitu,” kata Nino sinis. “Pasangan virgin. Fantastis.” Yasmine menatap Nino sebal. Nino mengetakannya seolah menjadi virgin adalah hal yang memalukan. “Apa salahnya virgin? Gue bangga,” kata Yasmine, membuat Nino terkekeh. Yasmine memperhatikan Nino yang sudah kembali menerawang. Yasmine lantas teringat sesuatu. “Ngomong-ngomong, kemarin itu, antara lo sama Ferris… Ada apa sih?” tanya Yasmine hati-hati. Sesuai dugaannya, Nino sekarang menatapnya tajam. Yasmine menggigit bibir. “Gue… harus dibunuh setelah lo kasih tau?” |
|
Fitriani [off] (25 Apr 2015 20:56) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
“Dan gue masih perjaka ting-ting,” timpal Nino, lalu terbahak. Yasmine sendiri hanya menatapnya tanpa reaksi, membuat tawa Nino berhenti. Nino berdeham sebentar, kemudian menatap Yasmine serius. “Serius lo?” Yasmine mengangguk, membuat Nino menatapnya tak percaya. “Jadi…lo udah nggak…perjaka?” tanya Yasmine, sementara Nino masih sibuk dengan pikirannya sendiri. “Yah, siapa sih di sekolah ini yang masih?” jawabnya cuek, membuat Yasmine menggigit bibir, tidak tahu apa yang membuatnya kecewa. Padahal Yasmine sadar benar kalau Nino adalah playboy sekolah ini. “Oh, gitu…” gumam Yasmine, berusaha sebisa mungkin untuk tidak terdengar kecewa. |
|
Fitriani [off] (25 Apr 2015 20:56) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
“Mau…ngapain?” tanya Yasmine pelan saat Nino mencondongkan tubuh padanya. “Masa lo nggak ngerti sih?” Nino balas bertanya. Yasmine tahu jantungnya sudah berdegup kencang. Ia sering melihat adegan semacam ini di serial remaja Amerika. “Jangan!” Yasmine segera mencengkeram kancing blusnya sendiri. Ia belum siap untuk ini. Tahu- tahu ia mendengar Nino terpingkal-pingkal. Ia menatap anak laki-laki itu sebal. “Lo kok suka banget sih ngegodain gue!” “Salah sendiri lo imut,” kata Nino setelah puas tertawa. Ia lalu menatap Yasmine lekat-lekat. “Entah apa lo pinter akting, atau lo bener-bener polos, sampe sekarang gue nggak tau.” “Gue belum pernah pacaran,” kata Yasmine membuat Nino tak berkedip. |
|
Fitriani [off] (25 Apr 2015 20:55) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
“Kenapa ketawa? Udah malem loh,” Yasmine melihat sekliling waspada. “Lo ngak takut ada… makhluk gaib?” Tawa Nino semaki menjadi-jadi mendengar kata-kata Yasmine. Baru kali ini Nino tertawa lepas dalam beberapa tahun terakhir. Yasmine sendiri menatap Nino bingung. Nino lantas berusaha menghentikan tawanya. “Duduk sini, temenin gue,” Nino menepuk- nepuk lantai di sebelanya. Yasmine menatap lantai itu ragu, tapi Yasmine juga takut dilempar tongkat kalau menolaknya. Yasmine akhirnya duduk di sebelah Nino. Nino tampak terseyum-senyum simpul, membuat Yasmine merinding. |
|
Fitriani [off] (25 Apr 2015 20:54) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
Nino mengatakannya dengan sangat serius, membuat Yasmine refleks menutup kedua telinganya. Nino lantas terbahak melihat Yasmine yang ketakutan. “Bercanda,” kata Nino disela tawanya, membuat Yasmine menatapnya sengit. “Gimana gue bisa tau kalo lo cuma bercanda?” katanya kesal, membua Nino berhent tertawa. “Lo nggak tau, kecuali gue bilang begitu,” kata Nino tajam. Yasmine sadar kalau ia tidak boleh membuat Nino kesal sekarang. Nino tampak begitu labil. “Oke, gue nggak mau tau,” kaa Yasmine kemudian. “Ayo kita pulang.” Nino menatap Yasmine tak percaya, lalu terkekeh. |
|
Fitriani [off] (25 Apr 2015 20:53) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
menunjukkan ponselnya. Nino hanya mengangguk- angguk. Yasmine menatap Nino yang tampak kacau, lalu menghampirinya. “Ada apa, No?” Nino menatap Yasmine lama, tampak menimbang-nimbang. Yasmine sendiri berhenti melangkah begitu melihat tongkat baseball Nino masih setia di sampingnya. Yasmine punya sejarah buruk dengan tongkat itu. “Lo serius mau tau?” tany nino, tidak terdengar marah. Yasmine menggigit bibir. Nino kadang ramah, tapi ia juga sering hanya menggodanya. Tapi di luar kesadarannya, Yasmine mengangguk. Nino tersenyum simpul. “Gue mau ngasih tau lo, tapi setelah itu loharus gue bunuh.” |
|
Fitriani [off] (25 Apr 2015 20:52) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
“Hoi,” kata makhluk itu, membuat Yasmine mau tidak mau mengintip. Tidak ada makhluk gaib yang menyapa. Yasmine langsung melongo saat melihat makhluk yang di sangkanya gaib ternyata Nino. Yasmine tak berkedip untuk beberapa saat, bingung dengan apa yang dilakukan Nino di kelas yang gelap seperti ini. “Nino?” Yasmine memicing. “Ngapain lo?” Nino tak menjawab. Ia hanya menatap Yasmine datar, lalu tersenyum lelah. “Bertapa,” jawabnya singkat. Yasmine tak langsung memercayai. “Lo sendiri?” “Ngambil ini, ketinggalan,” Yasmine |
|
Fitriani [off] (25 Apr 2015 20:52) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
Yasmine mengintip kelasnya yang gelap, lalu meraba-raba dinding untuk mencari saklar. Setelah lima menit meraba dinding yang penuh debu, ia menemukannya juga. Ia cepat-cepat menyalakan lampu, lalu melesat ke bangkunya. Ia merogoh laci meja dan menghela napas lega saat ponselnya masih ada di sana. Yasmine berbalik bermaksud untuk cepat-cepat pergi, tapi ia tak sengaja melihat sesuatu di pojok belakang kelasnya. “Huaaa!” jeritnya, refleks menutup mata dan telinga, menyangka yang dilihatnya adalah sejenis makhluk gaib. |