Status: Warrior Member
Foto:
Sedang: [off]
ID: 43713
Pelanggaran: Tidak Ada
Nama: haidir
Jenis kelamin: Laki-laki
Kota: Banjarbaru
Kelahiran: 20 Agustus 1995 (28 tahun)
Website: Beribadah Hanya Kepada Allah. Menuntut Ilmu Agama Islam. Slice of life. Anime. Ganers
Topik di forum: 0
Posting di forum: 2432
Posting di buku tamu : 0
Komen News: 8
Komen Update Anime: 915
Komen Update Manga: 3
Poin: 7888
Cendol: 600
Register: 7 Jul 2013 01:51
Terakhir berkunjung: 11 Jan 2019 13:08
613 visitor message
Pirmansyah [off] (26 Apr 2015 19:23) |
|
Hahaha |
|
Fitriani [off] (26 Apr 2015 18:53) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
Ade, sahabat baik skaligus saingan saat SMP, tampak sedang menggandeng seorang anak laki-laki ganteng di depan sebuah mobil mewah. Di bawahnya, terdapat tulisan. Sis, gue baru dibeliin mobil sama cowok gue! Ngiri kan lo? Sisca berusaha menahan segala emosi yang membuncah di dadanya, tapi ia tak bisa. Ia menggigit bibir keras-keras sambil meremas rok. Ia teringat pada kejadian tadi pagi saat menemukan Yasmine dan Nino berdua. Ingatan Sisca lantas terlempar pada kejadian setahun silam, saat ia terpojok di depan sekolah karena dicampakkan oleh kliennya. Nino yang kebetulan sedang lewat, menyelamatkannya. Semenjak itulah, Sisca memutuskan untuk tidak lagi menerima orderan dan bertahan walau semiskin apa pun hidupnya. |
|
Fitriani [off] (26 Apr 2015 18:45) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
Sisca menerima lembaran uang sepuluh ribuan, lima ribuan, dan seribuan, lalu tertawa sinis. “Mana cukup ini!” Sisca melempar uang itu kembali pada ayahnya. “Bapak jangan malu-maluin Sisca deh, bayar sekolah pake duit ginian.” Sisca kembali masuk ek dalam kamar, lantas membanting pintu kamarnya. Ia bisa mendengar suara batuk-batuk, jadi ia menyurukkan kepala di antara bantal agar tak bisa mendengarnya. Tapi entah bagaimana, batuk ayahnya yang sudah menahun itu tetap isa menembus bantal dan masuk ke telinganya “SIALAN!” sahut Sisca. “Kenapa gue bisa lahir di keluarga begini, hah?? KENAPA???” Sisca melempar bantal kea rah pintu, lalu menjambak rambutnya sendiri, menyesali nasibnya. Saat ia baru saja merasa tenang, ponselnya tiba-tiba berbunyi. Sisca mengambilnya, kemudian menatap nanar gambar yang baru saja masuk ponselnya. |
|
Fitriani [off] (26 Apr 2015 18:43) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
Sisca membuka pintu rumahnya yang reyot, kemudian masuk tanpa bersuara. Tanpa melepas sepatu, ia masuk ke dalam kamar dan membanting pintu. Sisca merebahkan tubuh di atas ranjang dan menatap langit-langit kamarnya yang penuh sarang laba-laba. Sisca bedecak, lalu tahu-tahu pintu kamarnya terbuka. Seorang pria tua muncul dari sana. “Udah gue bilang kalo mau masuk ketok dulu!” Sisca bangkit dan mendekatinya untuk mencegahnya masuk ke dalam kamar. “Ada apaan sih?” “Bapak Cuma mau lihat kamu,” kata ayahnya. Sisca mendesah. “Udah liat kan? Udah sana, ah!” Sisca mendorong ayahnya, lalu bermaksud menutup pintu. Tapi ayahnya menahannya. “Sis… Bapak tadi dapat uang untuk bayar uang sekolah kamu,” kata ayahnya lagi, membuat Sisca menatapnya. “Mana?” tanya Sisca ketus. Ayahnya merogoh peci, lalu menyerahkan beberapa lembar uang dari sana. |
|
Fitriani [off] (26 Apr 2015 18:00) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
pecun itu, semacam pecundang atau jablay ya contoh nya sisca, mei. Tuh :3 Okeey lnjut ke part 11 |
|
Dimas-kun_77 [off] (26 Apr 2015 17:54) * [red]リュウケン[IMG]//v.ht/NrQd[/red][/IMG] |
|
Kunjungan um |
|
Shin_Kazuya [off] (26 Apr 2015 16:39) |
|
nggak jg sihh.. trgantung mood aja ane kerjanya |
|
LucretiaLucy [off] (26 Apr 2015 15:13) * Http://instagram.com/valentinad.a |
|
hai hujan-desu apa kabar? wah dinding ku bersih. mau nyapa2 yg aku kenal, aku pada lupa nicknya |
|
Shin_Kazuya [off] (26 Apr 2015 14:33) |
|
hataraku mbah |
|
Fitriani [off] (26 Apr 2015 11:57) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
lnjut ke part 11? |
|
Fitriani [off] (26 Apr 2015 11:55) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
Yasmine menekap mulutnya sendiri, tak percaya dengan pendengarannya barusn. Selama ini, ia menyangka julukan ‘pecun’ itu hanyalah ejekan, bukan yang sebenernya terjadi. Tapi ternyata ia salah.” “Tapi kenapa…?” “Banyak alasannya,” jawab Mei lagi. “Alasan-alasan yang cewek seperti lo nggak bakal mengerti.” Yasmine menatap Mei lama hingga matanya terasa panas. Ia lalu teringat pada Sisca dan ekspresinya saat ia menampar Yasmine. Yasmine memang tidak tahu apa alasan Sisca, tapi Yasmine ingin mengetahuinya. |
|
Fitriani [off] (26 Apr 2015 11:54) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
“Tadi… gue tanya sama Sisca,” kata Yasmine, membuat Mei menatapnya. “Kenapa dia nggak marah karena dibilang pecun. Kenapa dia nggak ngerasa harga dirinya diinjek. Tapi… dia malah nampar gue.” Yasmine meraba pipinya, ia masih merasa panas sampai sekarang. Mei menatapnya simpati, lalu menghela napas. “Jawabannya gampang aja,” kata Mei membuat Yasmine menatapnya. “Karena dia emang pecun.” Mata Yasmine melebar mendengar jawaban Mei. “Maksud lo…” “Dia, gue, dan kebanyakan cewek di sekolah ini,” kata Mei santai. Yasmine sekarang menganga. “Tap-tapi itu nggak bener,kan? Itu Cuma image sekolah kita, kan? Itu Cuma yang orang-orang pikir tentang kita, kan?” “Itu semua bener, Yas, bukan Cuma image,” Mei tersenyum miris. “Dan jangan bilang’kita’, lo bikin gue jadi sedih. Lo bukan bagian dari ‘kita’. Lo nggak akan pernah.” |
|
Fitriani [off] (26 Apr 2015 11:54) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
“Halo! Ada orangnya gak ya?” Yasmine tersentak, lantas menatap kearah pintu. Mei melongokkan kepala dari sana. Anak perempuan itu melambai, lalu masuk ke dalam. “Waah... baru kali ini gue masuk ruang OSIS, ternyata enak juga,” komentarnya sambil melempar pandangan ke sekeliling. Ia lalu menatap Yasmine yang hanya sendirian di ruangan itu. “Si ketua OSIS ke mana?” “Lagi ke ruang guru,” jawab Yasmine sambil tersenyum lemah. Mei memperhatikan Yasmine, lantas duduk di depannya. “Lo kenapa? PMS?” tanya Mei membuat Yasmine menggeleng. Mei mengangguk-angguk pelan. Ia tahu ada yang aneh dengan Yasmine, karena tidak biasanya anak itu melamun sepanjang hari. |
|
Fitriani [off] (26 Apr 2015 11:53) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
“Kenapa lo diem aja sih dikatain pecun?” tanya Yasmine, tak tahan dengan rasa penasarannya. “Lo nggak ngerasa harga diri lo diinjek-injek?” Sisca mengangkat wajah dari layar ponsel, kemudia menatap Yasmine tajam. Ia lantas bangkit dan mendekati Yasmine yang tampak gemetar. Tanpa kata-kata, Sisca menampar keras wajah Yasmine. “Tau apa lo?” desis Sisca geram. “TAU APA LO!!” Sisca menabrak tubuh Yasmine hingga oleng, lalu berderap keluar kelas. Yasmine meraba pipi kanannya yang berdenyut menyakitkan. Baru kali ini ia ditampar seseorang. |
|
Fitriani [off] (26 Apr 2015 11:53) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
|
Nino bergerak kea rah pintu, tapi langkahnya tiba-tiba terhenti. Sisca ada di sana sambil menatap mereka tak percaya. “Ngapain lo berdua hari gini?” tanyanya curiga. “Bukan urusan lo, pecun,” kata Nino sinis, lalu melewatinya. “NINO,: SAHUT Yamine, tapi Nino sudah menghilang di balik pintu. Yasmine lantas menatap Sisca penuh rasa bersalah. “Sori ya.” “Kenapa lo minta maaf?” tanya Sisca dingin. “Memang lo siapanya?” “Gue… tapi memang nggak seharusnya Nino ngomong begitu, kan?” kata Yasmine, membuat Sisca mendekatinya dengan tatapan sinis. “Jangan minta maaf atas nama dia,” desis Sisca tanpa berkedip. “Lo bukan siapa-siapa.” Yasmine menggigit bibir sementara Sisca melewatinya dan melemparkan task e bangkunya. Yasmine menoleh, lalu menatap Sisca yang sekarang sudah sibuk dengan ponsel. |