
Status: Warrior Member
Foto:

Sedang: [off]
ID: 43713
Pelanggaran: Tidak Ada
Nama: haidir
Jenis kelamin: Laki-laki
Kota: Banjarbaru
Kelahiran: 20 Agustus 1995 (29 tahun)
Website: Beribadah Hanya Kepada Allah. Menuntut Ilmu Agama Islam. Slice of life. Anime. Ganers
Topik di forum: 0
Posting di forum: 2432
Posting di buku tamu : 0
Komen News: 8
Komen Update Anime: 915
Komen Update Manga: 3
Poin: 7888
Cendol: 600
Register: 7 Jul 2013 01:51
Terakhir berkunjung: 11 Jan 2019 13:08
613 visitor message
![]() |
Fitriani [off] (27 Apr 2015 11:30) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
Yasmine juga mulai bisa merasakan makanan di mulutnya. Sebelumnya, ia tidak pernah merasakan apa pun, dan hanya menelannya bulat-bulat. Yasmine melirik Nino yang sekarang sedang minum. Ternyata makan bersama orang lain itu menyenangkan. |
|
![]() |
Fitriani [off] (27 Apr 2015 11:29) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
“Kenapa lo bisa begini sih?” desahnya membuat Yasmine menunduk. “Sori,” gumam Yasmine lirih. Ia merasa tak siap membuka masa lalunya. “Gue nggak peduli,” kata Nino, membuat Yasmine mendongak. “Gue nggak peduli masa lalu lo. Yang penting, selama lo ada di deket gue, lo harus makan.” Yasmine menatap Nino lama, lalu mengangguk pelan. Nino menghela napas, lantas bangkit dan menepuk kepal Yasmine. “Habisin,” kata Nino, membuat Yasmine kembali menatap roti di tangannya. Nino melirik lagi, lalu merebut roti itu. “Sini gue bantuin.” Nino membagi roti itu jadi dua, lalu melahap habis bagiannya dan memberikan sisanya pada Yasmine. Yasmine tersenyum lemah, kemudian mulai menggigit lagi roti ditangannya, dan bisa menelannya tanpa banyak kesulitan. |
|
![]() |
Fitriani [off] (27 Apr 2015 11:28) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
Yasmine menatap Nino lama, lalu mengangguk pelan. Nino menghela napas, lantas bangkit dan menepuk kepal Yasmine. “Habisin,” kata Nino, membuat Yasmine kembali menatap roti di tangannya. Nino melirik lagi, lalu merebut roti itu. “Sini gue bantuin.” Nino membagi roti itu jadi dua, lalu melahap habis bagiannya dan memberikan sisanya pada Yasmine. Yasmine tersenyum lemah, kemudian mulai menggigit lagi roti ditangannya, dan bisa menelannya tanpa banyak kesulitan. Yasmine juga mulai bisa merasakan makanan di mulutnya. Sebelumnya, ia tidak pernah merasakan apa pun, dan hanya menelannya bulat-bulat. Yasmine melirik Nino yang sekarang sedang minum. Ternyata makan bersama orang lain itu menyenangkan. |
|
![]() |
Fitriani [off] (27 Apr 2015 11:23) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
Nino menatap Yasmine, lalu menggeleng- geleng lelah. Ia tahu ada yang salah dengan Yasmine karena ia tidak pernah melihat Yasmine makan sekali pun. Saat Yasmine mengambil ponselnya dan bertemu Nino, perutnya berbunyi tapi ia menolak makan dan malah langsung pulang. “Kenapa lo bisa begini sih?” desahnya membuat Yasmine menunduk. “Sori,” gumam Yasmine lirih. Ia merasa tak siap membuka masa lalunya. “Gue nggak peduli,” kata Nino, membuat Yasmine mendongak. “Gue nggak peduli masa lalu lo. Yang penting, selama lo ada di deket gue, lo harus makan.” |
|
![]() |
Fitriani [off] (27 Apr 2015 11:19) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
“Kalo lo nggak mulai makan, gue bakalan ngejejelin tu roti ke mulut lo,” kata Nino lagi kejam, membuat mata Yasmine melebar takut. “Jadi?” “Please, No,please…” pinta Yasmine, tapi Nino malah bangkit dan merebut roti itu dari tangannya. Yasmine menekap mulut, kembali terisak. “Gue harus lakuin ini,” kata Nino, tampak bersungguh-sungguh. “Gue… Gue nggak mau liat lo mati konyol.” Yasmine menatap Nino tak percaya. Nino sendiri menatap Yasmine tanpa berkedip sampai matanya berair. Ia mengeraskan rahang. Roti di tangannya sudah hamper tak berbentuk. “Lo… mau liat gue gendut?” tanya Yasmine dengan suara serak. |
|
![]() |
Fitriani [off] (27 Apr 2015 11:14) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
“Lo nggak ngerti, sih!” Yasmine memukul Nino, membuatnya kaget. “Lo nggak ngerti.” Nino membiarkan Yasmine memukulinya hingga anak perempuan itu merasa lelah sendiri. Beberapa menit kemudian, Yasmine sudah tampak terengah-engah. “Lian? Lo bahkan nggak punya tenaga buat nangis,” kata Nino. “Jadi jangan nangis. Yang lo perlu lakuin itu makan.” Yasmine menatap Nino, berusaha mengumpulkan tenaganya. Ia tahu ia pusing sekarang, tapi ia tetap tidak ingin makan. Ia hanya boleh makan sehari sekali, yaitu saat jam tiga siang. Ia tidak boleh makan sekarang. |
|
![]() |
Fitriani [off] (27 Apr 2015 11:14) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
Yasmine langsung merasa mual. Roti itu tidak bisa masuk tenggorokannya. Yasmine baru akan kembali ke kamar mandi saat Nino meraih tangannya dan menariknya hingga kembali terduduk. Yasminemanatap Nino ynag sudah menatapnya tajam. “Lo mau mati?” desis Nino dengan suara rendah. Yasmine menatapnya tanpa berkedip, air matanya sudah melelh lagi. “Lo mau mati,ya?” Tangis Yasmine pecah seketika, tapi tak membuat Nino kasihan. Nino berjongkok di depan Yasmine yang terisak hebat. “Lo boleh pura-pura nangis atau apa pun, tapi gue tetep harus liat lo makan,” kata Nino, membuat tangis Yasmine semakin keras. “Lo mau makan selama apapun, gue tunggu. Tapi jangan bilang lo nggak mau makan.” |
|
![]() |
Fitriani [off] (27 Apr 2015 11:14) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
Yasmine menatap Nio memohon, tapi Nino malah balas menatapnya galak. “Mau makan gak lo?” benatknya, membuat Yasmine tersentak. Yasmine segera membuka bungkus roti itu, lalu menatapnya ragu. Yasmine bisa melihat tampang tak sabarnya Nino dari sudut matanya, lantas mulai menggigit roti itu. Seketika Yasmine langsung merasa bersalah. Tidak seharusnya ia makan. Tidak seharusnya. Nanti ia kembali jadi gemuk. Nanti ia kembali tidak cantik. Nanti semua orang akan menertawainya lagi. |
|
![]() |
Fitriani [off] (27 Apr 2015 11:09) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
Sebotol air mineral tiba-tiba muncul di depan Yasmine. Yasmine mendongak, lalu mendapati Nino yang sudah kembali dengan air mineral dan sebungkus roti. Yasmine menerima air mineralnya, tapi ia hanya mleirik roti di tangan Nino. “Makan,” kata Nino, membuat Yasmine meneguk ludah. Tangannya terangkat gemetar, tapi tak kunjung menerima roti itu. Nino berdecak tak sabar, lalu meraih tangan Yasmine dan menjejalkan roti itu padanya. Ia lantas duduk di samping Yasmine sementara Yasmine masih menatap kosong roti di tangannya. Air matanya mulai mengalir. “Gue…” Yasmine tercekat. “Gue… anoreksia.” “Gue nggak ngerti istilah-istilah begitu,” tukas Nino sambil mengorek kuping. “Udahlah lo makan aja.” |
|
![]() |
Fitriani [off] (27 Apr 2015 11:09) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
“Lo… nggak mau tanya apa-apa, No?” Yasmine menatap Nino yang hanya menatap lapangan gersang. Nino berhasil membawa Yasmine keluar dari kamar mandi dan duduk di tumpukan kayu tempat ia biasa nongkrong. Nino melirik Yasmine yang pucat, lalu bangkit. “Lo tunggu sini,” katanya, kemudian melangkah pergi. Yasmine hanya menatapnya bingung. Yasmine benar-benar tidak tahu harus melakukan apa. Ia malu. Ia takut. Ia ingin menghilang selamanya, seperti yang pernah dirasakannya saat sekolah di Manhattan. |
|
![]() |
Fitriani [off] (27 Apr 2015 11:09) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
Feris mengintipnya dari balik monitor, lalu menghela napas lega. Setidaknya anak perempuan itu tidak mencoba-coba menebak isi otaknya lagi. Pikiran Ferris lantas melayang pada Yasmine. Ia khawatir dengan anak erempuan itu. tapi karena Nino bersamanya, mungkin Yasmine baik-baik saja. Atau karena Nino bersamanya, ia malah harus khawatir? “Dia pasti baik-baik aja kok,” kata Mei membuat Ferris melotot, kehilangan kata-kata. Mei langsung terkikik geli. |
|
![]() |
Fitriani [off] (27 Apr 2015 11:08) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
Ferris mengalihkan pandangan dari rok ke wajah Mia. “Ha? Kenapa?” “Ya… mau main aja. Dari pada bosen di kelas?” Mei lalu memicing pada Ferris. “Atau… lo nggak suka kalau gue dateng? Takut gue ganggu lo berduaan sama Yasmine?” Ferris berdecak. “Terserah lo lah,” gerutunya. Mei segera terbahak. “Ya ampuuun… lo imut banget sih,” goda Mei, membuat Ferris kembali menatap monitor tanpa benar-benar membaca proposalnya. Masih tersenyum simpul, Mei berjalan-jalan ke rak dan menemukan sebuah buku kenangan lama. Ia lantas membawanya ke meja dan membacanya penuh semangat. |
|
![]() |
Fitriani [off] (27 Apr 2015 11:08) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
Setelah Ferris piker-pikir, ia memang tidak pernah melihat Yasmine makan apa pun di mana pun. Wajah Yasmine juga sering tampak pucat, apalagi kalau ia sedang takut atau sedang cemas. Ferris tampak berpikir keras, membuat Mei tersenyum simpul. “Lo mikirin dia? Mau ngehibur dia?” tanya Mei, membuat Ferris tersadar, lalu menatapnya kesal. “Bosa, lo nggak selalu ngambil keputusan sendiri?” sungut Ferris membuat Mei terkekeh. “Lo gampang di tebak sih, Ris,” Mei bangkit, membuat Ferris sadar betapa pendeknya rok anak perempuan itu. mei lantas menatap sekeliling. “Oke. Mulai sekarang gue sering-sering hang-out di sini deh.” |
|
![]() |
Fitriani [off] (27 Apr 2015 11:07) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
“Terus, Ris, ada sesuatu,” kata Mei lagi, membuat Ferris kembali menatapnya. “Ini memang masih dugaan gue, tapi kalo feeling gue bener, Yasmine itu… anoreksia.” Ferris mengernyit. Ia tahu appa anoreksia. Anoreksia adalah gangguan makan yang berupa pengurangan porsi makan secara sengaja. Tapi Ferris tak pernah menyangka Yasmine mengidapnya. “Dulu temen gue juga pernah mengidap anoreksia. Gejalanya mirip Yasmine,” kata Mei. “Dia nggak tahan tekanan, dan badannya kurus nggak wajar. Kapan hari… gue nemu Yasmine muntah- muntah setelah dikerjain Sisca.” |
|
![]() |
Fitriani [off] (27 Apr 2015 11:03) * [c][red]Julyan Ridho[/red][/c] |
Ferris mengangguk-angguk, walaupun dalam hati ia masih tidak terlalu mengerti. “Terus…?” kata Ferris, tapi tak segera melanjutkannya. Mei menatapnya, lalu tersenyum penuh arti. “Terus gimana sama Nino, maksud lo?” Ferris menatap Mei tanpa berkedip. Mei bisa membuka usaha ramal kalau ia mau. Mei lantas terkekeh saat melihat ekspresi Ferris. “Nino langsung ngejar dia,” kata Mei. “Aneh ya? Gue piker dia bukan tipe cowok yang setia sama satu cewek?” Ferris tidak langsung menanggapi kata-kata Mei, karena ia sendiri heran. Ia memang tak pernah melihat Nino dekat dengan perempuan mana pun lebih dari dua hari. |